Kisah Sahabat Nabi : Rahasia di Balik Makam KERAMAT di Tembok Konstantinopel

 

Hallo Sobat Mikir, Di antara banyak kisah tentang keberanian para sahabat Nabi, ada satu kisah yang selalu membuat kita merinding setiap kali mendengarnya. Ini adalah kisah tentang Abu Ayyub Al-Anshari, sahabat mulia yang makamnya berada di dekat tembok kota megah yang dulu mustahil ditaklukkan: Konstantinopel.

Sahabat yang Dipilih Nabi untuk Tinggal Bersama

Di masa awal hijrah, ketika Rasulullah SAW tiba di Madinah, semua sahabat berlomba menawarkan rumahnya untuk ditinggali. Tapi unta Nabi berhenti di depan rumah seorang lelaki Anshar yang sederhana dan rendah hati. Dialah Abu Ayyub Al-Anshari.

Beliau bukan cuma tuan rumah bagi Nabi, tapi juga pelayan, penjaga, dan keluarga yang selalu siap membantu apa pun yang Nabi butuhkan. Hubungan mereka sangat dekat, bahkan sampai-sampai Abu Ayyub pernah menahan napas saat berjalan di lantai dua rumahnya, takut langkahnya mengganggu Rasulullah SAW yang berada di bawah.

Cinta Abadi Pada Jihad

Bertahun-tahun berlalu. Usia Abu Ayyub semakin tua, tapi semangatnya tidak pernah padam. Ketika umat Islam mengarahkan pandangan ke satu kota besar yang sudah lama disebut Nabi sebagai “kota yang akan ditaklukkan”—Konstantinopel—Abu Ayyub langsung bergabung.

Bayangkan: usianya sudah delapan puluh tahun lebih, tapi beliau tetap ikut jihad, menempuh perjalanan jauh dari Madinah ke perbatasan Romawi Timur. Tubuh boleh melemah, tapi hatinya tetap menyala.

Pesan Terakhir yang Menggetarkan

Dalam pengepungan besar terhadap Konstantinopel, Abu Ayyub jatuh sakit. Para panglima meminta agar ia tetap berada di perkemahan belakang agar tidak terlalu letih. Tapi Abu Ayyub justru memberi pesan terakhir yang membuat semua pasukan terdiam:

“Bawalah aku sejauh mungkin ke arah musuh. Makamkan aku di dekat tembok kota itu.”

Beliau ingin dikuburkan sedekat mungkin dengan wilayah yang dijanjikan Nabi akan jatuh ke tangan umat Islam.

Dan ketika beliau wafat, pasukan Muslim membawa jenazahnya hingga ke dinding kota, lalu menguburkannya di sana—di bawah hujan panah dan serangan musuh.

Mengapa Ingin Dimakamkan di Sana?

Karena hati beliau yakin pada sabda Nabi SAW:

“Konstantinopel pasti akan ditaklukkan. Sebaik-baik pemimpin adalah pemimpinnya, dan sebaik-baik pasukan adalah pasukannya.”
(HR. Ahmad)

Meskipun pembebasan itu baru terjadi ratusan tahun kemudian, Abu Ayyub ingin menjadi bagian dari perjalanan panjang menuju kemenangan itu. Ia ingin menunjukkan kepada Allah bahwa cintanya pada perjuangan tidak pudar meski tubuhnya renta.

Dihormati Musuh

Menariknya, sejarah mencatat bahwa bahkan pasukan Romawi Timur menghormati makam Abu Ayyub. Mereka tahu beliau adalah seorang tokoh besar dalam Islam. Ketika Konstantinopel akhirnya ditaklukkan oleh Sultan Mehmed II pada tahun 1453, makam ini ditemukan dan kemudian dijadikan komplek ziarah yang megah bernama Eyüp Sultan.

Warisan Semangat

Kisah Abu Ayyub Al-Anshari mengajarkan kita bahwa:

  • Semangat ibadah dan perjuangan tidak mengenal usia.

  • Kesetiaan kepada Nabi tidak berhenti hanya di masa hidup beliau.

  • Keyakinan kepada janji Allah bisa menggerakkan seseorang melampaui batas fisiknya.

Hingga hari ini, ribuan orang mengunjungi makamnya yang berada tepat di kawasan Eyüp, Istanbul—dekat tembok besar Konstantinopel, tempat beliau ingin beristirahat untuk selamanya.

Bukan sekadar makam.
Itu adalah simbol keteguhan hati seorang sahabat yang hidup dan wafat untuk membenarkan sabda Nabi.



Lebih baru Lebih lama
=