Perintis atau Pewaris ? Berikut 7 Tips Manajemen Keuangan Islami


Islam tidak hanya mengatur ibadah, tetapi juga mengatur urusan kehidupan, termasuk masalah keuangan. Nabi Muhammad ﷺ sebagai teladan utama dalam Islam memberikan banyak contoh pengelolaan keuangan yang bijak, seimbang, dan penuh keberkahan. Berikut adalah Berikut 7 Tips Manajemen Keuangan Islami


1.  Mencari Rezeki yang Halal

Nabi Muhammad ﷺ sejak usia muda dikenal sebagai pedagang yang jujur dan terpercaya (al-Amīn). Dalam setiap transaksi, beliau menolak praktik penipuan atau kecurangan, bahkan dalam hal-hal yang tampak kecil. Sabda beliau:

"Sesungguhnya Allah itu baik dan tidak menerima kecuali yang baik."
(HR. Muslim no. 1015) 

Kejujuran sangatlah berpengaruh terhadap kesuksesan suatu bisnis, Penelitian oleh Pew Research Center (2020) menunjukkan bahwa trust-based economy (ekonomi berbasis kepercayaan) menjadi kunci pertumbuhan bisnis jangka panjang. Kejujuran dalam transaksi meningkatkan loyalitas pelanggan dan reputasi usaha. 

Studi oleh University of Notre Dame (2018) menemukan bahwa pelaku bisnis yang mempraktikkan kejujuran secara konsisten mengalami peningkatan pendapatan hingga 30% lebih tinggi dibanding yang menerapkan praktik manipulatif.

sebaliknya jika suatu bisnis dialakukan dengan cara yang haram atau tidak sesuai dengan syariat akan menghasilkn sebuah keterpurukan, hal ini terbukti dari data Laporan OJK Indonesia (2023) mencatat bahwa praktik riba dan pinjaman online ilegal yang tidak sesuai syariat menyumbang angka kebangkrutan dan masalah sosial, khususnya di kalangan generasi muda dan pelaku UMKM. Artinya, menjauhi riba kini menjadi langkah strategis untuk mengatur kestabilan ekonomi, bukan hanya sekedar etis.

Disamping itu para pelakuk bisnis yang jujur akan ditempatkan bersama para Nabi dan Syuhada di surga-Nya :

“Pedagang yang jujur dan amanah akan bersama para nabi, orang-orang shiddiq, dan para syuhada di hari kiamat.”
(HR. Tirmidzi, no. 1209 – dinilai hasan)

2. Menjauhi Riba

Nabi Muhammad ﷺ sangat keras dalam melarang riba. Dalam khutbah terakhirnya, beliau menyatakan bahwa semua praktik riba di masa jahiliyah dihapuskan.

"Rasulullah melaknat pemakan riba, pemberi riba, penulisnya, dan saksinya."
(HR. Muslim no. 1598)

Bahkan pada dalil yang lain Allah Swt berfirman : 

        "Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Jika kamu tidak melakukannya, maka ketahuilah bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Tetapi jika kamu bertaubat, maka  bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya."   (QS: Al Baqarah : 278 - 279)

Dari segi maslahat sejatinya riba hanya menguntungkan satu pihak dan merugikan pihak lain, Bank Dunia (World Bank) 2022 mencatat bahwa sistem ekonomi berbasis bunga berkontribusi terhadap ketimpangan global dan utang jangka panjang yang membebani negara-negara berkembang. 

OJK (2023) juga menyebut bahwa lebih dari 68% pengguna pinjaman online mengaku terjebak dalam bunga berlipat dan tekanan psikologis. Ini membuktikan bahwa menjauhi riba bukan hanya tuntunan agama, tapi juga perlindungan dari eksploitasi finansial.

Di Indonesia sendiri, perkembangan keuangan syariah tumbuh stabil dengan peningkatan aset sebesar 15,6% pada 2023. Ini menunjukkan tren positif bahwa masyarakat mulai mencari sistem keuangan yang bebas riba dan lebih adil.

3.  Mencatat dan Mengelola Keuangan


Melakukan pencatatan keuangan sangatlah penting dalam melakukan manajemen keuangan. Rasulullah ﷺ sangat teratur dalam pengelolaan barang rampasan perang (ghanimah), harta zakat, dan infak. Semua itu dicatat, dibagi sesuai aturan, dan tidak digunakan sembarangan.

“Catatlah harta kalian, karena itu akan lebih menjaga kalian.”
(HR. Bukhari secara makna, lihat juga dalam riwayat Umar tentang pencatatan zakat)

Sayangnya pencatatan manajemen keuangan tidak banyak dilakukan oleh kebanyakan orang di Indonesia.

Survei Katadata Insight Center (2023): hanya 28% masyarakat Indonesia yang rutin mencatat pemasukan dan pengeluaran. Padahal, pencatatan keuangan adalah kunci utama kebebasan finansial.

Pencatatan keuangan ini juga akan memudahkan kita untuk melakukan analisa terhadap setiap transaksi yang kita lakukan, sehingga kita bisa mengontrol atau membatasi setiap pengeluaran yang sekiranya tidak diperlukan.

Terbukti dalam sebuah studi Harvard Business School (2017) menemukan bahwa orang yang mencatat pengeluaran harian secara disiplin lebih mampu menabung hingga 2x lipat dibanding yang tidak melakukannya.


4.  Jauhi Flexing & Jangan Boros

Flexing atau pamer kekayaan saat ini mungkin sedang jadi trand khususnya dikalangan Gen Z. Namun dibalik gaya hidup flexing pasti ada banyak kemudharatan (kuburukan).

Felxing juga memberikan dampak buruk terhadap kestabilan finansial, BPS (2023) melaporkan bahwa pengeluaran konsumtif rumah tangga di kota besar meningkat hingga 25%, namun tidak diiringi pertumbuhan tabungan, menunjukkan pola konsumsi boros dan tidak sehat. Laporan CNBC Indonesia (2023) mengungkap 7 dari 10 orang milenial sulit membeli rumah karena gaya hidup konsumtif dan tidak mampu menabung secara konsisten. 

Flexing jelas bukanlah gaya hidup yang dicontohkan Rasulullah ﷺ. Rasulullah ﷺ  hidup sederhana meskipun beliau sejatinya adalah orang yang kaya. Beliau makan secukupnya, berpakaian sederhana, dan tidak mengumpulkan kekayaan secara berlebihan.

"Makan dan minumlah, berpakaianlah dan bersedekahlah, tetapi jangan berlebihan dan bersikap sombong."
(HR. Bukhari)

 

5. Rajin Bersedekah

Bersedekah sedikit banyaknya akna memberikan dampak positif secara psikologi maupun sosial, hal ini tentunya juga akan mempengaruhi keberhasilan dalam mengatur finansial. Dalam sebuah studi yang dilakukan oleh John Templeton Foundation (2019) membuktikan bahwa orang yang rutin bersedekah mengalami peningkatan kebahagiaan dan kepuasan hidup hingga 40%, sekaligus memperluas jaringan sosial dan ekonomi.


Nabi Muhammad ﷺ adalah orang yang paling dermawan dan senang bersedekah terutama berinfaq untuk Agama Allah, Beliau pernah bersabda:

"Sedekah tidak akan mengurangi harta."
(HR. Muslim no. 2588)


6. Diskusi dan Musyawarah dalam setiap Keputusan Finansial


Sebelum mengambil keputusan yang berpengaruh terhadap keuangan, ada baiknya kita melakukan diskusi terlebih dahulu dengan orang terdekat misal dengan orang tua, atau dengan pasangan jika sudah menikah. karena keputusan yang kita ambil sedikit banyaknya pasti akan berpengaruh terhadap orang terdekat.

Dalam sebuah  Survei Populix (2022) menunjukkan bahwa keluarga yang rutin berdiskusi keuangan cenderung memiliki dana darurat dan rencana keuangan jangka panjang yang lebih stabil.

Diskusi atua musyawarah juga telah dicontohkan oleh Rsulullah baik dalam urusan ekonomi negara atau rumah tangga, Rasulullah ﷺ selalu bermusyawarah, bahkan dengan para sahabat yang lebih muda.

"...Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal."
(QS. Ali Imran: 159)


7. Investasi & Perencanaan Masa Depan

Investasi dan perencanaan finansial adalah sebuah strategi penting sebagai bentuk ikhtiar dalam menjaga kestabilkan finansial. Investasi bisa dilakukan dengan Sistem Mudharabah (bagi hasi) atau dengan cara sirkah yang lain yang tentunya sesuai dengan tuntuna Syariat.

BPS & IDX (2023) juga menyebutkan generasi muda mulai tertarik pada investasi yang sesuai syariah, seperti, emas, dan properti, sebagai bentuk perencanaan jangka panjang yang selaras dengan nilai Islam.

Perencanaan Finansial adalah salah satu cara kita memanfaatkan waktu lapang sebaik mungkin, sebagaimana Nabi ﷺ menganjurkan untuk tidak menunda pekerjaan dan memanfaatkan waktu luang dan kesehatan sebelum datang masa sulit.

"Manfaatkan lima perkara sebelum lima perkara Masa mudamu sebelum datang masa tuamu, Kesehatanmu sebelum datang sakitmu, Kekayaanmu sebelum datang kefakiranmu, Waktu luangmu sebelum datang kesibukanmu, Dan hidupmu sebelum datang kematianmu." (HR. Al-Hakim)

 

Prinsip finansial ala Nabi Muhammad ﷺ mengajarkan keseimbangan antara dunia dan akhirat. Bukan soal kaya atau miskin, tetapi bagaimana kita mengelola rezeki dengan bijak, jujur, dan penuh tanggung jawab.

Semoga kita bisa meneladani beliau dan menerapkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan finansial kita.


Lebih baru Lebih lama
=